( HUKUM MENCIUM TANGAN ORANG 'ALIM )
Hukum
mencium tangan orang ‘Alim, guru dan para kerabat yang lebih tua adalah sunnah
dan dianjurkan sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat pada baginda nabi
berdasarkan hadits dengan sanad yang shahih...
وَيُسْتَحَبُّ تَقْبِيلُ يَدِ الْحَيِّ لِصَلَاحٍ وَنَحْوِهِ من
الْأُمُورِ الدِّينِيَّةِ كَزُهْدٍ وَعِلْمٍ وَشَرَفٍ كما كانت الصَّحَابَةُ
تَفْعَلُهُ مع النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم كما رَوَاهُ أبو دَاوُد وَغَيْرُهُ
بِأَسَانِيدَ صَحِيحَةٍ وَيُكْرَهُ ذلك لِغِنَاهُ وَنَحْوِهِ من الْأُمُورِ
الدُّنْيَوِيَّةِ كَشَوْكَتِهِ وَوَجَاهَتِهِ عِنْدَ أَهْلِ الدُّنْيَا لِخَبَرِ
من تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِنَاهُ ذَهَبَ ثُلُثَا دِينِهِ
Dan disunahkan mencium
tangan orang yang masih hidup karena kebaikannya dan sejenisnya yang tergolong
kebaikan-kebaikan yang bersifat ‘diniyyah' (agama), kealimannya, kemuliaannya
sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat pada baginda nabi Muhammad
shallallaahu alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Abu Daud dan lainnya dengan
sanad hadits yang shahih.
Dan dimakruhkan mencium
tangan seseorang karena kekayaannya atau lainnya yang bersifat duniawi seperti
lantaran butuh dan hajatnya pada orang yang memiliki harta dunia berdasarkan
hadits “Barangsiapa merendahkan hati pada orang kaya karena kekayaannya
hilanglah 2/3 agamanya”. [Asnaa al-Mathaalib III/114]
HUKUM MEMBUNGKUKAN BADAN:
Al-Imam An-Nawawiy rahimahullah berkata:
يكره حني الظهر في كل حال لكل أحد لحديث انس
السابق
“Dimakruhkan membungkukkan punggung
dalam semua keadaan kepada siapapun berdasarkan hadits Anas yang lalu” [Al-Majmuu’,
4/635].
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
وأما الإنحناء عند التحية فينهي عنه كما في
الترمذي عن النبي صلى الله الله عليه وسلم أنهم سألوه عن الرجل يلقى أخاه ينحنى له
قال لا ولأن الركوع والسجود لا يجوز فعله إلا لله عز و جل ....... قد تقدم نهيه عن
القيام كما يفعله الأعاجم بعضها لبعض فكيف بالركوع والسجود وكذلك ما هو ركوع ناقص
يدخل في النهي عنه
“Adapun
membungkukkan ketika memberikan penghormatan, maka itu terlarang berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam : Bahwasannya mereka (para shahabat) bertanya
tentang seseorang yang bertemu dengan saudaranya lalu ia membungkukkan badan
kepadanya. Beliau menjawab : ‘Tidak boleh’. Hal itu dikarenakan rukuk
dan sujud tidak diboleh dilakukan kecuali terhadap Allah ‘azza wa jalla.
…… Telah berlalu larangan
berdiri (sebagai penghormatan) sebagaimana yang dilakukan orang-orang ‘Ajam (non Arab) antara satu
dengan yang lainnya. Lantas, bagaimana dengan rukuk dan sujud? Begitu juga rukuk yang kurang termasuk
dalam larangan ini” [At-Tawassul, hal. 377].
Ulama yang
memakruhkan dan mengharamkannya berdalil dengan hadits:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قُلْنَا: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، أَيَنْحَنِي بَعْضُنَا لِبَعْضٍ ؟ قَالَ: " لَا "،
قُلْنَا: أَيُعَانِقُ بَعْضُنَا بَعْضًا؟ قَالَ: " لَا وَلَكِنْ تَصَافَحُوا
"
Dari Anas bin
Maalik, ia berkata : Kami pernah bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah sebagian
kami boleh membungkukkan badan kepada sebagian yang lain (saat bertemu) ?”.
Beliau menjawab : “Tidak”. Kami kembali bertanya : “Apakah sebagian kami
boleh berpelukan kepada sebagian yang lain (saat bertemu) ?”. Beliau menjawab :
“Tidak, akan tetapi saling berjabat tanganlah kalian” [Diriwayatkan oleh
Ibnu Maajah no. 3702].
An-Nafraawiy rahimahullah berkata:
وَأَفْتَى بَعْضُ الْعُلَمَاءِ بِجَوَازِ
الِانْحِنَاءِ إذَا لَمْ يَصِلْ إلَى حَدِّ الرُّكُوعِ الشَّرْعِيِّ
“Dan sebagian
ulama berfatwa bolehnya membungkukkan badan jika tidak sampai pada batas
rukuk syar’iy” [Fawaakihud-Dawaaniy, 8/296. Dinukil juga
dalam Haasyiyyah Ash-Shaawiy ‘alaa Asy-Syarh Ash-Shaghiir, 11/279].
As-Safaariniy rahimahullah menukil:
وَقَدَّمَ فِي الْآدَابِ الْكُبْرَى عَنْ أَبِي
الْمَعَالِي أَنَّ التَّحِيَّةَ بِانْحِنَاءِ الظَّهْرِ جَائِزٌ
“Dan telah
berlalu dalam Al-Aadaabul-Kubraa dari Abul-Ma’aaliy
bahwasannya penghormatan dengan membungkukkan punggung diperbolehkan” [Ghidzaaul-Albaab,
1/256].
Dalilnya adalah:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ
عَبْدِ الْجَبَّارِ الصُّوفِيُّ بِبَغْدَادَ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو نَصْرٍ
التَّمَّارُ قَالَ: حَدَّثَنَا عَطَّافُ بْنُ خَالِدٍ الْمَخْزُومِيُّ، عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ رَزِينٍ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ، قَالَ: "
بَايَعْتُ بِيَدِي هَذِهِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ
فَقَبَّلْنَاهَا، فَلَمْ يُنْكِرْ ذَلِكَ "
Telah
menceritakan Ahmad bin Al-Hasan bin ‘Abdil-Jabbaar Ash-Shuufiy di Baghdaad, ia
berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Nashr At-Tammaar, ia berkata :
Telah menceritakan kepada kami ‘Aththaaf bin Khaalid Al-Makhzuumiy, dari
‘Abdurrahmaan bin Raziin, dari Salamah bin Al-Akwaa’, ia berkata : “Aku
berbaiat kepada Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan
tanganku ini, lalu kami menciumnya. Beliaushallallaahu ‘alaihi wa
sallam tidak mengingkari hal itu” [Diriwayatkan oleh Abu Bakr bin
Al-Muqri’ dalam Ar-Rukhshah fii Taqbiilil-Yadd no. 12; hasan].
Sisi
pendalilan : Mencium tangan orang lain umumnya dilakukan dengan membungkukkan
badan. Sebagian ulama mengatakan mencium tangan adalah sujud ‘kecil-kecilan’.
Diantaranya adalah Sulaimaan bin Harb rahimahullah yang
berkata:
هِيَ السَّجْدَةُ الصُّغْرَى
“Ia (mencium
tangan) adalah sujud kecil-kecilan” [Aadaabusy-Syar’iyyah oleh Ibnu
Muflih, 2/248].
Ibnu
‘Abdil-Barr rahimahullah berkata:
كَانَ يُقَالُ تَقْبِيلُ الْيَدِ إحْدَى
السَّجْدَتَيْنِ
“Dulu
dikatakan mencium tangan merupakan salah satu (bentuk) dari dua macam sujud” [idem].
Oleh karena
itu, membungkukkan badan tidaklah selalu mutlak diharamkan jika tidak disertai
pengangungan dan menyerupai rukuk dalam ibadah berdasarkan hadits Salamah bin
Al-Akwaa’ di atas.
Yang raajih di
antara pendapat-pendapat di atas adalah bahwa (sedikit) membungkukkan badan
dalam rangka penghormatan atau saat bertemu/menyapa
diperbolehkan jika tidak sampai pada batas ruku' syar’iy.
Wallaahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar